TERUNGKAPNYA KEBOBROKAN INSTITUSI KEPOLISIAN OLEH MANTAN KABARESKRIM SUSNO DUADJI, MELAHIRKAN KEPRIHATINAN TNI. SEBAGAI BENTUK KEPEDULIAN TNI TERHADAP BANGSA INI, TNI SIAP BERADA DIBELAKANG SUSNO. BAHKAN DALAM WAKTU DEKAT, MEREKA AKAN BERTEMU SUSNO. “INI KESEMPATAN UNTUK MEMBETULKAN NEGARA,” UJAR MANTAN KOMANDAN SATUAN INTEL BIA, LAKSAMANA PERTAMA TNI (Purn) MULYO WIBISONO
MULYO WIBISONO: “DI BELAKANG SUSNO TENTARA SIAP DUKUNG”
TNI yang selama ini dipinggirkan menjadikan kasus Susno Duadji sebagai trigger untuk membenahi negara. Siap ambil alih melalui kudeta.
Terungkapnya kebobrokan institusi kepolisian oleh mantan Kabareskrim Susno Duadji, melahirkan keprihatinan TNI. Sebagai bentuk kepedulian TNI terhadap perbaikan bangsa ini, TNI siap berada di belakang Susno. Bahkan dalam waktu dekat, mereka akan bertemu Susno, di salah satu tempat di Jakarta. “Ini kesempatan untuk membetulkan negara,” ujar mantan Komandan Satuan Intel BIA, Laksamana Pertama TNI (Purn) Mulyo Wibisono kepada Sri Widodo dari Indonesia Monitor di kediamannya di Jakarta, Sabtu (10/4) dinihari.
Kapan pertemuan Susno dan para jenderal TNI itu?
Saya belum tahu persis. Tapi akan berlangsung di Jakarta, sepertinya di kawasan Senen. Kalau mau cari bocorannya, tanya Pak Tyasno, Slamet Subianto, banyak deh. Rencananya Kamis, 15 April 2010.
Siapa saja jenderal TNI yang ada di belakang Susno?
Kalau siapa orangnya ya susah, tapi TNI ada di belakang Susno.
Apa tujuannya?
Ini kesempatan untuk membetulkan negara. Tentara merasa gerah dengan situasi negara seperti sekarang. Dulu tentara pernah berbuat tidak bagus, tapi tentara masih memikirkan rakyat. Tentara sudah dikuyo-kuyo rakyat tapi mereka masih memikirkan negara. Dengan ini tentara berharap ada perbaikan bagi bangsa ini.
Mengapa tentara harus memaka Susno untuk memperbaiki negara?
Saya balik bertanya, mau lewat mana, Panglima TNI tugasnya apa, Menhan tugasnya apa? Kepala BIN seharusnya memikirkan negara. Kepala BIN sekarang sudah bukan tentara.
Jadi, ada keengganan TNI untuk berhubungan dengan Kepala BIN?
Bukan keengganan. Menhan bukan tentara, Kepala BIN bukan tentara. Jadi TNI sudah tidak dikasih fungsi.
Tentara sakit hati?
Bukan sakit hati, jangan sampai keliru. Sejak zamannya SBY, tentara memang tidak dikasih peran. Bahkan, sejak reformasi. Kalau tidak dikasih peran, apa mau memerankan diri, apa mau menawarkan diri biar berperan? Itu namanya post power syndrome.
Mengapa disebut post power syndrome?
Ya, jelas. Wong tidak dikasih peran, kok tiba-tiba berperan. Itu namanya memaksakan peran. Jadi, rakyat jangan marah kalau tentara diam saja selama ini, karena yang menjadikan tentara diam, juga rakyat. Reformasi memerintahkan tentara masuk kandang. Tentara sekarang merasa dikandangin, untuk apa mereka keluar.
Sebenarnya ada apa dengan polisi?
Sekarang ini yang terjadi adalah negara polisi. Semua polisi, Kepala BIN polisi, KPK polisi, PPATK polisi. Gila nggak. Mengapa kerahasiaan uang nasabah dilindungi negara, tapi Kerahasiaan Negara malah tidak dilindungi. UU Kerahasiaan Negara sampai hari ini belum diundangkan, sementara uang nasabah dirahasiakan.
Mengapa Susno dijadikan trigger, bukan yang lain?
Apa yang diungkap Susno itu menarik, perlu didukung. Tentara kan pelindung bangsa Indonesia, Pancasila, UUD 45, dan NKRI. Tentara sangat konsen di situ. Tentara sekarang tidak diberi peran, maka dengan Susno begini, tentara berharap polisi menjadi lebih baik.
Bagaimana kalau ada angapan bahwa tentara menunggangi Susno?
Tentara tidak usah menunggangi Susno, mengambilalih saja mampu kok.
Mengapa hal itu tidak dilakukan?
Karena kalau itu dilakukan, nanti akan diterjemahkan sebagai balas dendam, post power syndrome itu tadi.
Seandainya mengambilalih, caranya bagaimana, dengan bedil?
Tidak usah bedil, dengan kudeta.
Kudeta berarti bedil dong?
Tidak. Kudeta itu dengan kekuatan. Tentara tidak usah bawa bedil, baris bersama-sama, polisi sudah takut kok.
Mungkinkah itu dilakukan?
Kalau mungkin, selalu ada kemungkinan. Tetapi kalau mau atau tidak, tentara tidak bakal mau. Kalau keadaan negara sudah tidak bisa diselamatkan, tentara yang ambil alih.
Mengapa tentara tidak mau melakukan kudeta, sementara kondisi sudah parah?
Sadarkan dulu rakyat, bahwa mereka butuh tentara. Anda berkewajiban menyadarkan rakyat, ‘Hai rakyat bangun, Anda butuh tentara’ atau ‘Hai tentara bangun, rakyat butuh Anda’. Nanti tentara akan bangun, dengan catatan, rakyat yang meminta.
Saat ini TNI sedang ngambek?
Tidak. Kalau rakyat mengatakan, tolong, ‘help me’, maka tentara akan bantu. Luka lama tentara banyak sekali. Di Indonesia kasus Balibo Five, itu sudah menjadi masalah dunia. Pernah
nggak presiden atau menteri luar negeri
ngomong masalah Westerling kepada Belanda. Pernah
nggak tragedi Rawagede, presiden
ngomong, pernah
nggak peristiwa Bandung, APRA, diungkapkan, pernah
nggak peristiwa Halim, Pemboman Surabaya, peristiwa Puputan Bali, pemboman Maguwo, presiden berbicara. Pernah
nggak kita menuntut Jepang yang membunuhi rakyat kita. Indonesia dijajah 350 tahun
kok tidak pernah menuntut Belanda.
(Indonesia Monitor)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar