Komite Wasit PSSI berencana membuka lowongan kepada profesional muda yang ingin menjadi pengadil di lapangan hijau.
28 Jul 2009 23:55:41
Hal-Hal Terkait
Belum lama ini Komite Wasit PSSI berencana menggulirkan kemungkinan wasit di Indonesia berasal dari kalangan profesional muda untuk memimpin sebuah pertandingan. Wacana ini ingin meniru cara yang dilakukan sejumlah federasi sepakbola di Eropa.
Togar Manahan Nero, ketua komite wasit PSSI, mengatakan, perekrutan wasit dari kalangan profesional muda ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas korps baju hitam yang selama ini dituding sebagai biang kerok kekacauan kompetisi sepakbola nasional.
Karena itu, wacana membuka lowongan yang berasal dari kalangan profesional muda menjadi salah satu alternatif. Dengan adanya pekerjaan lain, maka ke depannya Togar mengharapkan tudingan wasit bakal bersikap berat sebelah bisa ditepis. Ia mencontohkan sejumlah kompetisi di negara Eropa yang menggunakan wasit dari kalangan profesional.
“Bisa saja ada pemimpin redaksi dari media massa di Indonesia yang ingin menjadi wasit. Kita bisa belajar dari perwasitan di kompetisi Eropa yang wasitnya datang dari kalangan pengacara, dokter, bahkan direktur sebuah perusahaan. Jika ini bagus untuk persepakbolaan kita, mengapa tidak dicontoh,” ujar Togar.
Alasan komite wasit membidik profesional muda juga sebagai persiapan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Bila Indonesia terpilih menjadi tuan rumah perhelatan sepakbola terakbar empat tahunan tersebut, maka akan sangat lucu jika tidak ada wasitnya yang bertugas.
“Salah satu caranya, dengan melakukan perekrutan bagi para wasit yang masih muda untuk dilatih. Itu terbuka untuk pekerja kantoran. Tentunya, hanya bagi mereka yang memiliki skill dan kemampuan sebagai seorang pengadil lapangan hijau, serta gemar sepakbola. Syarat utama adalah mempunyai kondisi fisik yang sangat bagus,” jelas Togar.
Namun, rencana itu mendapat pertanyaan dari pelaku sepakbola. Mantan bomber timnas, Ricky Jacobi, merasa pesimistis ada wasit yang berasal dari kalangan profesional muda. Menurutnya, tidak mudah untuk mengubah citra wasit yang selama ini dianggap buruk.
Ricky menyatakan, dirinya setuju bila ada wasit berasal dari kalangan profesional muda. Hanya saja, ia merasa sangsi bila profesional muda itu mau meluangkan waktu selama satu tahun untuk menjalani pendidikan. Artinya, mereka harus cuti panjang dari pekerjaan utama mereka. Dengan kata lain, belum tentu perusahaan tempat mereka bekerja memberikan izin karyawannya cuti panjang.
“Belum lagi citra wasit yang buruk selama ini. Mereka tentunya berpikir akan mendapat perlakuan buruk dari ofisial, pemain maupun suporter tim, jika dinilai salah memimpin pertandingan. Siapa sih yang mau jadi sasaran empuk ditimpuk benda keras?” tanya Ricky.
“Tentunya profesional muda ini lebih memilih mencari nafkah di tempat yang mempunyai resiko celaka lebih kecil. Saya justru melihat lowongan yang dibuka komite wasit akan didatangi orang-orang yang berasal dari kalangan itu-itu saja.”
Sebaiknya, lanjut Ricky, komite wasit PSSI memberdayakan orang-orang yang menjalani pendidikan olahraga di universitas. Pasalnya, mereka dianggap lebih memahami bagaimana menjalankan peraturan sepakbola di atas lapangan, sehingga PSSI tidak perlu mengeluarkan biaya besar untuk melakukan pendidikan.
“Pelatihan kepada mereka yang sudah lebih siap akan bisa berlangsung singkat. Lagipula, apakah PSSI mau mengeluarkan biaya besar untuk menggelar pendidikan selama satu tahun? Saya pikir itu tidak mungkin dilakukan,” kata Ricky.
Apapun yang diluncurkan komite wasit, sebetulnya pembinaan mental seluruh stakeholder sepakbola nasional dalam menyikapi suatu pertandingan. Wasit tidak harus selalu menjadi kambing hitam bila sebuah tim menelan kekalahan, terutama tim tuan rumah.
Wasit pun harus mempunyai ketegasan dalam menjalankan tugasnya. Sudah menjadi rahasia umum bila wasit kerap dijamu berlebihan sejak menginjakan kaki di tempat ia memimpin pertandingan. Bila ingin menghindari tudingan memihak, sebaiknya wasit menolak segala macam jamuan yang diberitak tuan rumah.
link
Tidak ada komentar:
Posting Komentar